Utang Luar Negeri (ULN)

SUDUT EKONOMI | Utang merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagai sumber pembiayaan karena adanya kebutuhan yang perlu diselesaikan segera. Dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), utang luar negeri dimaksudkan sebagai pengeluaran pembangunan yang berasal dari pinjaman program dan pinjaman proyek. Dana luar negeri yang diperoleh kemudian digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan di berbagai sektor kehidupan negara.

Utang Luar Negeri (ULN)


Dapat dikatakan bahwa utang luar negeri pemerintah Indonesia hanya berfungsi sebagai pelengkap dalam pengeluaran pembangunan maupun total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun semua utang luar negeri pemerintah tetap dan terus saja semakin besar setiap tahunnya pada masalalu sejak Pelita I hingga Pelita VI. Tingginya utang luar negeri disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit yaitu:
  1. Defisit transaksi berjalan atau disebut juga dengan trade gap yaitu ekspor lebih sedikit dari pada impor
  2. Defisit investasi atau IS gap yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi didalam negeri lebih besar dari pada tabungan nasional atau domestik
  3. Defisit fiskal

Dari faktor-faktor tersebut, defisit transaksi berjalan sering disebut didalam literatur sebagai penyebab utama membengkaknya utang dari banyak negara berkembang. Besarnya defisit transaksi berjalan melebihi surplus neraca modal CA) mengakibatkan defisit neraca pembayaran (BOP) yang berarti juga cadangan devisa (CD) berkurang. Apabila saldo transaksi berjalan setiap tahun negatif, maka CD dengan sendirinya akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain, misalnya modal investasi dari luar negeri.

Sejak pemerintahan Orde Baru hingga saat ini tingkat ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri tidak pernah menyurut, bahkan mengalami akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi 1997-1998 karena periode tersebut pemerintah Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah yang besar dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. Pada masa pemerintahan orde baru, utang dibutuhkan terutama untuk membiayai defisit investasi, defisit investasi, defisit TB dan beberapa komponen dari sisi pengeluaran pemerintah didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pengertian pinjaman atau pinjaman luar negeri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan atau penerimaan hibah serta penerusan pinjaman dan atau hibah luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Pinjaman luar negeri bank sentral adalah pinjaman yang dimiliki oleh Bank Indonesia yang diperuntukkan dalam rangka mendukung neraca pembayaran dan cadangan devisa. Pinjaman luar negeri swasta adalah pinjaman luar negeri penduduk kepada bukan penduduk dalam valuta asing dan atau rupiah berdasarkan perjanjian pinjaman atau perjanjian lainnya, kas dan simpanan milik bukan penduduk, dan kewajiban lainnya kepada bukan penduduk. Pinjaman luar negeri swasta meliputi pinjaman bank dan bukan bank.

Pada awal perkembangan suatu negara wajar bila dibutuhkan dana yang sangat besar bagi investasi dan pertumbuhan ekonominya, jika tabungan dalam negeri belum cukup maka cara termudah yaitu dengan melakukan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri berdampak positif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi di situasi tertentu. Pinjaman luar negeri akan menimbulkan masalah jika dana tersebut tidak diinvestasikan pada kegiatan produktif yang menghasilkan tingkat pengembalian devisa yang tinggi untuk menutupi pembayaran bunga (Fairuz, 2010). Elbadawi et.al (1997) dalam studi telah membuktikan bahwa akumulasi pinjaman luar negeri yang terjadi karena meningkatnya kebutuhan untuk melunasi utang-utang yang lalu akan berdampak negatif terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi setelah melampaui batas tertentu.

Pada tingkat akumulasi utang yang besar ternyata justru akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang utang akan lebih besar daripada kemampuan membayar negara debitur, biaya dari bunga utang diperkirakan akan mendesak investasi domestik dan investasi asing, yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi (Pattilo, 2002). Debt overhang hipotesis menunjukkan bahwa utang akumulasi bertindak sebagai pajak dimasa depan output, mengecilkan produktif rencana investasi sector swasta dan usaha penyesuaian dipihak pemerintah. 

Jadi, bahkan setelah beberapa perbaikan dalam produksi ekonomi, dapat menyimpulkan pembayaran utang yang lebih tinggi, karena utang luar negeri bertindak seperti pajak dimasa depan produksi dan ekspor. “debt overhang” teori yang menunjukkan bahwa jika ada beberapa kemungkinan dimasa depan utang akan lebih besar daripada kemampuan pembayaran negara. Sachs (1986) berpendapat bahwa overhang utang luar negeri memainkan peran penting dalam utang negara. Jadi, debt overhang adalah salah satu alasan utama untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam hutang negara.

Setidaknya terdapat masalah besar yang ditimbulkan utang luar negeri tersebut (Yustika, 2000). Utang luar negeri (ULN) tidak datang dalam wujud uang, melainkan sebagian besar justru dalam bentuk barang atau teknologi. Dengan keadaan seperti ini, penggunaan ULN menjadi tidak fleksibel, karena produk atau teknologi tersebut jelas hanya bisa digunakan untuk program-program tertentu saja. Mekanisme itu bisa terjadi mengingat prosedur pemberian utang adalah melalui seleksi proposal yang berisi program-program yang sudah direncanakan, dan bila sudah disetujui maka kebutuhan program itu diwujudkan dalam bentuk barang atau teknologi, bukan uang. Ini jelas berbeda konsekuensinya apabila utang tersebut dirupakan dalam wujud uang, karena dengan begitu pemakaiannya bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan riil yang berkembang dalam pelaksanaan program.

Pada dasarnya ULN mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua jalur yaitu akumulasi modal dan pertumbuhan total faktor produktifitas (Patillo, 2002). ULN dalam jumlah yang reasonable dapat memberikan kontribusi yang positif pada pertumbuhan ekonomi. Model tradisional neo klasik membolehkan mobilitas modal atau kemampuan suatu negara untuk meminjam atau meminjamkan modal. 

Negara yang meminjam ULN untuk investasi dengan marginal product of capital lebih tinggi dari bunga yang harus dibayar akan memperoleh insentif (Patillo, 2002). ULN akan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara kalau jumlahnya berlebihan.

Menurut pandangan klasik atas utang luar negeri, pemotongan pajak yang didanai oleh utang mendorong pengeluaran konsumen dan mengurangi tabungan nasional. Kenaikan pengeluaran konsumen ini menyebabkan permintaan agregat yang lebih besar dan pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka pendek, tetapi hal itu juga menyebabkan persediaan modal yang lebih kecil dan pendapatan yang lebih rendah, sehingga utang luar negeri akan lebih besar dalam jangka panjang (Mankiw, 2007).

Menurut pandangan Ricardian atas utang pemerintah, pengeluaran konsumen tidak meningkatkan keseluruhan sumber daya konsumen dan pemotongan pajak. Dalam jangka pendek utang luar negeri meningkatkan pendapatan saat ini, dalam jangka panjang tidak mengubah pendapatan atau konsumsi masa depan. Pandangan tersebut akan membebani generasi masyarakat masa depan (Mankiw, 2007). Kaum Ricardian dengan teorinya Ricardian Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran yang di biayai ULN tidak akan mempunyai pengaruh apaapa terhadap perekonomian. 

Teori ini berasal DavidRicardo’s Funding Sistem dan dikemukakan kembali oleh Barro, sehingga sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Hal ini terjadi karena efek pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan utang pemerintah harus dibayar oleh pemerintah pada masa yang akan datang dengan kenaikan pajak, sehingga masyarakat akan mengurangi konsumsinya pada saat sekarang untuk memperbesar tabungan, selanjutnya digunakan untuk membayar kenaikan pajak pada masa yang akan datang.

Kelompok Keynesian adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit fiscal yang di biayai ULN mempengaruhi perekonomian. Paham ini melihat kebijakan peningkatan anggaran belanja yang dibiayai dengan utang luar negeri akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat naiknya permintaan agregat sebagai pengaruh lanjut dari terjadinya akumulasi modal. Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. 

Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga akan meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dan utang dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian dengan adanya pertumbuhan ekonomi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel